FALSAFAH MINANGKABAU

Jumat, 19 Agustus 2011



Klikminang.com-Sejak zaman dahulu, suku bangsa Minangkabau kaya dengan pemikir-pemikir yang cerdas dan memiliki ketinggian akal budi, ini terbukti dari kekayaan suku Minangkabau dengan falsafah kehidupannya.
Falsafah adalah suatu pengetahuan yang merupakan hasil pemikiran yang mendalam. Pemikiran ini menggunakan akal budi mengenai segala apa yang ada di alam semesta ataupun kebenaran tentang adanya sesuatu. Oleh karena itu, falsafah adalah sumber pokok pengetahuan yang sangat tinggi nilainya, karena banyak sekali mengandung ajaran dan pandangan hidup.
Falsafah Minangkabau bersumber dari alam. Maksudnya, pemikiran orang Minangkabau didasarkan pada gejala yang terjadi di alam semesta. Mereka banyak belajar dari kenyataan yang terjadi di lingkungan kehidupan sehari-hari. Falsafah alam ini terkenal dengan sebutan ”alam takambang jadi guru”
Lengkapnya:
"Panakiak, pisau sirawuik 
Ka galah, batang lintabuang"
Hal tersebut mengisyaratkan agar manusia suka berguru kepada alam. Manusia harus belajar sebanyak-banyaknya dari apa saja yang ditemukan, dilihat, didengar, dirasakan di alam semesta ini. Baik itu bersumber dari alam tumbuhan, hewan, manusia, ataupun dari benda-benda mati lainnya.
Falsafah ini oleh orang Minang dibalun (disimpulkan) dan selanjutnya dituangkan dalam kata-kata adat seperti pepatah, petitih, pituah, mamangan, pantun, kias, pameo, dsb. Semua itu adalah bentuk dari sastra Minangkabau.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa alam sangat besar artinya bagi orang Minangkabau. Alam bukan hanya sekedar tempat tinggal, tempat lahir, tempat mati, tempat hidup dan berkembang, tetapi alam juga merupakan guru yang baik, yang memberikan tuntunan dalam menjalankan kehidupan.
Contoh falsafah yang bersumber dari alam manusia, misalnya dalam mamangan: ”nan buto paambuih lasuang, nan pakak palapeh badia, nan lumpuah, paunyi rumah, nan kuaik pambao baban, nan binguang disuruah-suruah, nan cadiak lawan barundiang.” (yang buta penghembus lesung, yang pekak pelepas bedil, yang lumpuh penghuni rumah, yang kuat pembawa beban, yang bodoh disuruh-suruh, yang cerdik lawan berunding).
Artinya, dalam kehidupan ini, keadaan orang berbeda-beda. Namun perbedaan tidak boleh membuat retaknya rasa persatuan dan kesatuan. Perbedaan yang ada justru harus dimanfaatkan, karena akan menjadi saling melengkapi.(sumber:urangawak.t35.com)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Klik Minang.Com © 2011 |Alamat Jl. Kampus Unand No.17 Kepalo Koto, Pauh Padang, Sumbar| Designed by RDJ